Sepeda di Kota Shanghai

Saat membaca koran, saya menemukan artikel artikel berjudul ‘Sepeda Listrik Merajai Shanghai’ sebuah feature bagaimana di Shanghai sepeda begitu luas digunakan. Berikut ringkasan dari artikel tersebut.

Pukul 06.00 waktu setempat, jalanan sudah ramai oleh warga yang beraktivitas. Mereka mengendarai sepeda untuk menuju tempat kerja, mengantar anak ke sekolah, dan juga ke pasar. Selain itu, ada juga anak-anak muda yang berangkat kuliah hingga pasangan suami istri yang asyik sepedaan santai. Petugas delivery order restoran cepat saji, pengantar koran, hingga penjual sayur keliling juga memakai sepeda.

Berjalan kaki di atas jalan beraspal, atau menyeberang harus hati-hati dan jangan lupa menoleh, sebab kereta angin bertenaga aki kering melintas tanpa suara. Menarik juga melihat bagaimana pengemudi mobil dan truk menghormati pengendara sepeda. Mereka biasanya mempersilakan melaju duluan jika berpapasan.

Mengapa di Shanghai sepeda listrik begitu meraja? Rupanya karena pemerintah China telah lama melarang motor bensin dipergunakan di kota besar, namun masih membolehkan digunakan di pinggiran kota dan kota kecil. Alasannya, kota-kota di China semakin padat dan semakin terpapar polusi.

Namun, untunglah di sisi lain pemerintah pun serius mendorong warganya bersepeda maupun bersepeda listrik, antara lain dengan membuat jalur tersendiri yang cukup lapang jika dua sepeda berpapasan.

Mereka yang bepergian jarak jauh biasanya yang memiliki motor. Sepeda listrik tidak bisa dipakai jarak jauh karena baterainya perlu diisi hampir setiap malam. Dibutuhkan beberapa jam mengisinya, dan semakin lama karena daya tahan baterai turun seiring pemakaian.

Di sana harga per liter bensin 8 yuan atau Rp 12.000,- sementara itu harga sepeda listrik pada kisaran 2.500-2.400 yuan atau setara Rp 3,75-6,75 juta. Tiap rumah di China pasti memiliki sepeda listrik.

Dari sisi tempat parkir, hampir semua jalan di China memiliki tempat parkir sepeda kayuh maupun sepeda listrik. Parkir sepeda hanya dikenakan 1-2 yuan (Rp 1.500-3.000), tiap kali parkir. Sementara itu untuk mobil, tarif parkirnya per jam sejumlah 10-20 yuan.

Kalau hanya untuk dipakai 2-3 jam per hari dan rute perjalanan pun pendek, sepeda listrik lebih logis daripada motor bensin maupun mobil. Perawatan sepeda listrik juga simpel, tidak repot, dan tidak mahal. Paling hanya rutin mengganti ban yang aus dan kampas rem yang tipis.

Kecepatan sepeda listrik yang hanya 20-50 km per jam, bukan faktor penghalang. Lagi pula, buat apa ngebut-ngebut juka hanya berkutat di dalam kota. Untuk berboncengan, sepeda listrik cukup kuat, meski itu di tanjakan. Tidak ada masalah asal baterai diisi penuh dan kondisi baterainya masih prima. Jika baterainya habis, pada sepeda yang ada pedalnya, masih bisa dikayuh. Untuk sepeda listrik yang tak ada pedal, tinggal didorong.

Apabila Jakarta bisa menawarkan jalan yang nyaman untuk pesepeda, tempat parkir, dan tempat mandi di kantor-kantor, barangkali akan semakin banyak pula yang menggunakan sepeda. Semoga saja tak lama lagi, ya?

Tulisan ini adalah rangkuman artikel di Koran Kompas, 14 November 2012.

Comments

Popular posts from this blog

Peran Analis Kebijakan di Era VUCA

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Brasil Melalui Novela